Rabu, 12 Januari 2011

Seni Digantungin


August 1, 2010, 7:55 pm
Katamu, senja itu nyeni dan misterius untuk orang seni.
Diantara terang dan gelap.
Titik bertemu antara terang dan gelap yang bertolak belakang itu.

Mungkin kamu benar benar merasa dan berfikir demikian, atau hanya karena mantanmu yang bilang jadi kamu setuju.
Aku takkan pernah tau.

Kalau aku, aku setuju.
Bukan karena kamu yang bilang, tapi karena aku meresapi saat saat senja.
Senja itu sendu.
Sendu itu terasa perih.
Tapi senja juga manis, dan ada perasaan misterius antara perih dan manis.

Coba kamu rasakan subuh.
Subuh itu dingin, tapi ia lembut.

Dingin. Subuh gak perduli kamu menggigil kedinginan, yang penting ia datang gak terlambat dan pergi juga tepat pada waktunya.
Subuh itu seperti ibu yang mengajarimu ketekunan.
Ketekunan untuk beribadah, untuk bekerja, untuk belajar, dan untuk menjadi kuat.

Dan kamu percis seperti subuh.
Kamu dingin, gak perhatian, gak perduli, gak ber-pe-rasa-an !
Tapi kamu mengajariku untuk menjadi kuat. Mandiri, dan tegar.

Apakah seni bagimu, menjalin suatu hubungan yang antara ada dan tiada denganku?
Kenapa aku dan kamu bertindak, berlaku dan berbuat seperti orang pacaran sedangkan aku bukan pacar kamu ya?

Rasanya kurang lebih sama kaya senja dan subuh.
Misterius. Sendu tapi manis. Dingin tapi lembut. Sakit tapi enak.
Bukan sakit tapi enak yang ‘itu’ ya! Ini masalah hati.

Menurutku ini juga seni sih. Seni ‘digantungin’.
Kita liat aja deh, seni yang ini bisa aku nikmati berapa lama. Karena, sejujurnya aku takut menikmati senja, subuh dan kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar