Rabu, 12 Januari 2011

Satu Lagi Senyuman Darinya.


Kukumpulkan sepenuh keberanian yang tersisa di diriku untuk menelepon kamu. Ternyata, usahaku mengumpulkan keberanian tidak sia sia. Ternyata.

Air mata sudah kusiapkan untuk menangis. Mata pun sudah ku latih untuk menahan tangis. Ternyata, tak perlu air mata itu. Ya, mungkin nanti kuperlukan lagi.

Bintang kita sedang bersinar terang, menanti untuk kita hayati bersama. Tapi kasian dia, hanya aku yang menghayati dia. Dia kecewa. Mungkin karena itu dia tidak nampak hari ini.

Terimakasih mau meluangkan waktumu mendengarkanku bicara. Rasannya hangat, walau disekitar dingin. Kurindu waktu itu, selalu ada waktu yang kau sisihkan untukku. Bilamana kau selalu siap memelukku saat dingin datang menyerang, dan waktu dimana ku tak perlu takut kehilanganmu.

Dan hari ini, kamu datang dengan senyumanmu untukku. Yang sangat sangat berharga bagiku. Pertanyaanmu padaku, yang sama sekali tidak spesial tapi menjadi sangat penting dan special untuku, karena kamu yang bertanya. Kalimat kalimat yang kamu tujukan padaku, dan tatapan matamu.

Tapi malam ini aku kembali merenung, sambil menunggu bintang kita yang tak kunjung datang. Merindukanmu bahkan lebih.

Apakah harapan yang kau sembunyikan di senyummu?
Ataukah rasa iba yang terselubung di tatap matamu?

Haruskah aku berharap lebih lagi? Atau memaksa diri ini untuk mengerti, bahwa kau sudah tak mungkin kumilki?

Aku ingin tau, apa pesan yang ada dari setiap kata yang kau ucapkan? Dan dari senyummu itu?

Aku tak punya cukup keberanian untuk bertanya langsung, aku mau berasumsi saja.

Aku asumsikan bahwa harapanlah yang ada dalam senyummu dan tatap matamu dan kata kata katamu.

Aku akan terus berharap, karena harapan itu selalu ada kalau aku percaya.

Satu lagi senyuman dari kamu, yang membuat jiwaku tergoncang. Aku ingin menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar